Hai sobat blogger...
Kali ini aku mau sharing rancangan pendampingan ketika aku dan teman-teman mapro waktu itu melakukan pendampingan terhadap ODHA di daerah Semarang. Berikut rancangannya semoga bermanfaat ya..
- Relaksasi
Relaksasi adalah kembalinya satu
otot pada keadaan istiahat setelah mengalami kontraksi atau peregangan, satu
tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (Chaplin, 2008). Relaksasi adalah salah
satu teknik di dalam terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe
(Goldfried & Davidson, dalam Prawitasari 2011). Menurut kedua ahli ini
melemaskan otot di dalam relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan.
Rancangan
pendampingan :
Subjek
diajarkan teknik relaksasi olah nafas jika berada dalam keadaan tegang atau
cemas dengan mekanisme sebagai berikut:
a.
Klien
diminta untuk duduk senyaman mungkin dan memejamkan mata.
b.
Klien
diberi instruksi untuk menarik nafas yang dalam secara perlahan melalui hidung.
c.
Klien
diberi instruksi untuk menghembuskan nafas secara perlahan melalui mulut.
d.
Klien
melakukan hal tersebut secara berulang-ulang sampai terlihat relaks dan
mengantuk.
e.
Setelah
dirasa cukup, maka secara perlahan klien diberi aba-aba untuk bangun dan
membuka mata.
f.
Ketika
klien dalam kondisi cemas atau tegang, sewaktu-waktu dapat melakukan relaksasi
ini.
- EFT (Emotional Freedom Technique)
Emotional Freedom
Technique
(EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang dapat menangani banyak
penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan
perasaan). Dapat dikatakan EFT adalah versi psikologi dari terapi akupunktur
yang menggunakan jarum. EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan
menyelaraskan sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda,
dengan cara mengetuk (tapping) dengan
ujung jari (Majid, 2015).
Menurut teori ilmu EFT, penyebab
segala macam emosi negatif adalah terganggunya sistim energi tubuh. Dan
emosi-emosi negatif yang tak terselesaikan, menjadi penyebab utama pada hampir
semua penyakit fisik kita. Beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan EFT
antara lain: kecemasan, kemarahan, stress dan depresi, trauma, ketakutan dan phobia
(ketinggian, binatang, atau benda tertentu), kecemasan di tempat umum,
Ketakutan berbicara di depan umum, menghilangkan keyakinan negatif, perasaan
malu / bersalah, insomnia, kekecewaan atau sakit hati dan sebagainya (Majid,
2015).
Rancangan
pendampingan :
Subjek
diajarkan prosedur EFT yang bermanfaat untuk melepaskan emosi-emosi negatif
yang dimiliki subjek, khususnya sugesti positif agar dapat berdamai dengan
sakit HIV AIDS yang dideritanya. Prosedur EFT dapat dilakukan dengan melakukan
ketukan (tapping) menggunakan dua
jari pada 18 titik tubuh sebanyak kurang lebih 7 kali. Untuk lengkapnya dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
a.
Membuat
kalimat setup yang berkaitan dengan permasalahan klien. Kalimat setup ini perlu
dihafal agar bisa lebih fokus saat melakukan tapping. Misalnya “Meskipun saya menderita alergi yang sangat
kronis, tetapi saya menerima dan mencintai diri saya seutuhnya.”
b.
Mengucapkan
kalimat setup tadi dengan penuh perasaan, kemudian melakukan ketukan pada Karate
Chop (titik meridian yang berada di bawah pangkal jari kelingking, jaraknya
kira-kira selebar dua jari dari pangkal jari kelingking) sebanyak kurang lebih
7 – 10 kali. Pada saat tapping, diusahakan
berkonsentrasi penuh pada permasalahan tadi atau dengan kata lain pada melakukan
tapping (mengetuk) bisa sambil membayangkan
kondisi itu diketuk dengan kedua ujung jari tangan. Jadi intinya adalah
kemampuan berkonsentrasi, fokus atau merasakan sungguh-sungguh persoalan yang
sedang hadapi sambil melakukan ketukan.
c.
Setelah
itu tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan sebanyak tiga kali.
d.
Lakukan
tapping pada titik-titik meridian di alis mata, sisi mata/pelipis, di bawah
mata, di bawah hidung yaitu di antara bibir bawah dan dagu, tulang selangka dan
di bawah lengan. Masing-masing titik ini dilakukan tapping sebanyak 7 - 10 kali
sampai beberapa putaran.
e.
Titik-titik
meridian yang diketuk disesuaikan dengan keluhan klien.
- Progressive Muscle Relaxation
Dalam
relaksasi otot (progressive muscle
relaxation) sendiri, individu akan diberikan kesempatan untuk mempelajari
bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan
ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya, klien mulai membedakan
sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan relaks. Relaksasi progrsif
adalah suatu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasi latihan nafas dalam
dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot . Banyak
manfaat nyata dari latihan relaksasi progresif. Beberapa keuntungan
yang diperoleh dari relakasi progresif, antara lain menurunkan ketegangan
otot mengurangi tingkat kecemasan, masalah-masalah yang berhubungan
dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia.
Rancangan
pendampingan:
Subjek
diajarkan prosedur PMR yang nantinya dapat diaplikasikan subjek jika berada
pada kondisi yang tegang atau cemas. Adapun untuk prosedur PMR dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Klien diminta berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki
dan bahu).
b.
Melakukan latihan nafas dalam dengan menarik nafas melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut.
c.
Bersama konselor mengidentifikasi daerah-daerah otot yang sering tegang misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan,
betis.
d.
Klien mengencangkan otot tersebut
selama 5 sampai 7 detik, kemudian merelaksasikan
otot 20 sampai 30 detik.
e.
Mengencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan
rileksnya.
f.
Mengencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Subjek disuruh merasakan rileksnya
dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
g.
Mengepalkan telapak tangan dan mengencangkan otot bisep selama
5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Subjek disuruh merasakan rileksnya
dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
h.
Mengencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Subjek disuruh merasakan rileksnya
dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
i.
Selama kontraksi klien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama relaksasi klien dianjurkan untuk berkonsentrasi merasakan relaksnya otot.
- Terapi Suportif
Dengan
terapi ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar klien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri (self confidence) bahwa ia mampu
mengatasi stressor psikososial yang sedang dihadapinya (Hawari, 2001, h. 136).
Rancangan
pendampingan :
Subjek
diberi semangat dan dukungan dalam menghadapi hidupnya dengan kondisi sakit HIV
AIDS yang dideritanya. Subjek diyakinkan bahwa masih ada orang-orang di
sekitarnya dan terutama keluarga yang masih peduli juga terhadapnya.
- Terapi Realitas
Terapi realitas merupakan sebuat
terapi yang dikembangkan oleh William Glasser, dimana terapi ini memiliki fokus
pada tingkah laku klien saat ini. Terapis berfungsi sebagai guru dan model
serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan
dirinya sendiri ataupun orang lain. Glasser (dalam Corey, 2005) menyatakan
bahwa mengajarkan tanggung jawab adalah inti dari terapi realitas.
Pencapaian otonomi merupakan tujuan
umum dari terapi ini. Dengan adanya pencapaian otomoni yang baik pada diri
klien, maka ia mampu untuk mengganti dukungan lingkungan deng dukungan
eksternal, dari dalam dirinya. Hal ini membuat mereka mampu untuk menentukan
siapa mereka dan ingin menjadi apa serta mengembangkan rencana-rencana yang
bertanggung jawab dan realistis (sesuai dengan keadaan mereka saat ini) guna
mencapai tujuan-tujuan mereka, serta komitmen klien dalam mengusahakannya.
Selain melihat potensi serta harapan klien, terapi ini juga membantu klien
untuk melihat hal-hal yang mampu menghambat kemajuan klien ke arah
tujuan-tujuan yang telah mereka tentukan. Dalam hal ini, terapis kembali
berperan dalam memberikan alternative-alternatif kepada klien dalam mencapai
tujuan, tetapi klien lah yang berperan utuh dalam menetapkan tujuan-tujuan
mereka (Corey, 2005).
Rancangan
pendampingan:
Subjek diajak untuk menerima
kondisinya yang kini terinfeksi HIV AIDS. Subjek juga diarahkan untuk berfokus
terhadap apa yang bisa dilakukan sekarang, melalui tanggung jawabnya sebagai
pendamping sebaya di yayasan, serta tanggung jawabnya menjaga agar kondisinya tetap
stabil dan tidak drop.
- Konseling
Menurut
Corey (2007, h. 10), konseling merupakan proses dimana klien diberi kesempatan
untuk mengeksplorasi diri yang mengarah pada peningkatan kesadaran dan
kemungkinan memilih. Proses konseling sering berjangka pendek, difokuskan pada
masalah-masalah dan membantu individu dalam menyingkirkan hal-hal yang
menghambat pertumbuhannya. Dengan konseling, individu juga dibantu untuk
menemukan sumber-sumber pribadi agar bisa hidup lebih efektif.
Rancangan
pendampingan:
Subjek
diajak untuk lebih mengenali dirinya. Mengkomunikasikan permasalahan psikologis
yang didapat dari hasil assessment serta membantu subjek dalam mengeksplorasi
kemampuannya, memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dialaminya agar keadaan subjek menjadi lebih
baik.
Comments
Post a Comment