Postingan kali ini akan ngebahas soal waham atau biasa disebut juga delusi (delusion). Waham ini biasanya dimiliki oleh para pasien Skizofrenia. Waham atau delusi adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang keliru, yang tidak dapat diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian fakta (Chaplin, 1981). Jadi orang yang memiliki waham atau delusi ini memiliki keyakinan yang "100% benar" menurut dirinya sendiri, tetapi kenyataan yang sebenarnya tidak seperti yang dia yakini (bertentangan dengan realitas). Bahkan mungkin orang lain menganggap keyakinan tersebut tidak masuk akal.
- Waham kebesaran : meyakini dirinya orang besar, orang berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya, atau bahkan Tuhan.
- Waham curiga (referensi) : meyakini orang lain membicarakannya, bermaksud buruk terhadapnya, orang lain mengejeknya.
- Waham dikendalikan (delusion of control) : meyakini dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
- Waham dipengaruhi (delusion of influence) : meyakini dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
- Waham passivity : meyakini dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
- Waham dikejar : meyakini dirinya dikejar-kejar oleh sesuatu dari luar yang bermaksud jahat terhadapnya.
- Waham exalted birth : meyakini dirinya tinggi, istimewa.
- Waham magic mystic : keyakinan berkaitan dengan sesuatu yang magik atau mistik.
- Waham persekusi : keyakinan akan ditangkap oleh orang lain.
- Waham hypochondry : meyakinini tubuhnya terkena sakit tertentu.
Setelah sebelumnya membahas soal waham (delusi), selanjutnya aku mau ngebahas soal symptom temannya
yaitu halusinasi. Bedanya udah tahu kan ya, kalau delusi itu gangguan isi pikir
sedangkan halusinasi adalah gangguan persepsi. Kenapa disebut gangguan
persepsi? karena pada halusinasi itu terjadi bayangan yang jelas seperti pada
persepsi. Persepsi sendiri merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
(melalui alat indera), kemudian stimulus itu diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari,mengerti tentang apa yang
diindera itu (Walgito, 2003). Jadi dari definisi tersebut bisa nangkep kan ya,
pada halusinasi itu seseorang merasa alat inderanya menangkap sebuah stimulus
yang menurutnya ada tetapi pada kenyataannya stimulus itu nggak ada. Chaplin
(2008) menyebutkan bahwa halusinasi merupakan persepsi atau tanggapan palsu,
menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.
Ada beberapa macam dari halusinasi, antara lain sebagai berikut (Nevid, dkk,
2005):
1. Halusinasi auditoris :
mendengar suara.
2. Halusinasi taktil : terkait
sentuhan, seperti digelitik atau terbakar.
3. Halusinasi somatis :
seperti merasa da ular yang menjalar di dalam perut.
4. Halusinasi visual : melihat
sesuatu yang tidak ada.
5. Halusinasi gustatoris :
merasakan dengan lidah sesuatu yang tidak ada.
6. Halusinasi olfaktoris :
mencium bau yang tidak ada.
Penyebab halusinasi
bermacam-macam. Pada non psikotik, bisa disebabkan sebagai respon terhadap
obat-obatan halusinogenik, atau pada kondisi yang stressful (misalnya duka
cita). Pada non psikotik ini, individu masih dapat membedakan dan menyadari
bahwa halusinasi mereka tidak nyata, sedangkan pada psikotik, individu tersebut
tidak mampu lagi membedakan peristiwa-peristiwa yang nyata dengan yang
imajiner. Pengalamanku kemarin waktu PKPP, pada pasien Skizofrenia di RSJ, ada
beberapa yang mengaku melihat sosok Batman menghampirinya, tapi kenyataannya
aku tidak melihat apa-apa disitu. Juga ada yang mencium bau busuk katanya, tapi
aku juga tidak mencium bau apa-apa. Selain itu ada yang tiba-tiba berpose
mengangkat telp dan berbicara bla-bla-bla, tapi aku tidak melihat ada telepon
disitu. Tangkapan stimulus oleh alat inderanya benar-benar nyata bagi pasien
Skizofrenia tersebut. Meskipun dijelaskan, misalnya tokoh Batman hanya ada di
film dan cerita rekaan, mereka tidak akan pernah menyetujuinya.
Berdasar teori yang aku baca, terjadinya halusinasi hampir sama dengan delusi
yaitu karena rusaknya ego. Jadi penjembatan antara dunia internal
dengan realitas eksternal sudah nggak berfungsi, akibatnya dibanjirilah ego oleh
impuls-impuls dari id Masukan dari id ini
menyebabkan fantasi dan kemudian disalahartikan sebagai realitas. Lain
hari aku akan bahas id ego dan superego ya...
Comments
Post a Comment